- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
Bahan:
- 500 gram daging sapi has, potong-potong
Bumbu utuh:
- 500 ml santan kental (dari 1 buah kelapa cukup tua)
- 300 ml santan cair (dari sisa memeras santan kental yang sebelumnya)
- 1 sendok teh garam
- 1 sendok teh kaldu sapi bubuk
- 1 sendok makan gula pasir
- 7 lembar daun jeruk
- 1 lembar daun kunyit
- 3 lembar daun salam
- 3 batang serai, memarkan
- 3 ruas lengkuas, potong jadi dua
Bumbu halus:
- 10 buah cabai merah besar
- 10 buah cabai keriting
- 5 siung bawang putih
- 5 siung bawang merah
- 3 cm jahe
- 3 butir kemiri
- 1 sendok teh ketumbar, sangrai
- 1 sendok teh merica butir
- 1 batang keningar atau kayu manis
- 1 sdm gula merah, sisir
Cara membuat:
- Tumis bumbu halus hingga harum dengan minyak cukup banyak agar tidak kering dan gosong.
- Ketika sudah harum, masukkan daun kunyit, jeruk, salam, serai, dan lengkuas.
- Tumis hingga bumbu matang atau bau langunya hilang.
- Masukkan daging dan aduk rata dengan bumbu. Aduk terus hingga daging matang bagian luarnya atau mulai mengeluarkan minyak. Proses ini cukup lama jadi harus sabar.
- Jika daging suka mulai mengeluarkan minyak, tuang santan kental dan santan cair. Aduk rata. Masak hingga mendidih.
- Masukkan gula merah, gula pasir, garam, dan kaldu bubuk secukupnya.
- Tes rasa, jika sudah sesuai, masak terus hingga daging empuk. Semakin lama memasak semakin enak bumbunya.
- Ketika kuah santannya sudah agak habis dan bumbunya mengental pekat, angkat.
Sejarah dari Rendang
Asal usul rendang ditelusuri berasal dari tanah Minangkabau, Sumatera Barat. Bagi masyarakat Minang, rendang sudah ada sejak dahulu dan telah menjadi masakan tradisi yang dihidangkan dalam berbagai acara adat dan hidangan keseharian. Sebagai masakan tradisi, rendang diduga telah lahir sejak orang Minang menggelar acara adat pertamanya. Kemudian seni memasak ini berkembang ke kawasan serantau berbudaya Melayu lainnya; mulai dari Mandailing, Riau, Jambi, hingga ke negeri seberang di Negeri Sembilan yang banyak dihuni perantau asal Minangkabau. Karena itulah rendang dikenal luas baik di Sumatera dan Semenanjung Malaya.
Ciri khas bentuk penyajian masakan Rendang tercatat pada prasasti Taji abad 10 dengan deskripsi daging yang dipenuhi bumbu rempah-rempah khas Nusantara. Sejarawan Universitas Andalas, Prof. Dr. Gusti Asnan menduga, rendang telah menjadi masakan yang tersebar luas sejak orang Minang mulai merantau dan berlayar ke Malaka untuk berdagang pada awal abad ke-16. “Karena perjalanan melewati sungai dan memakan waktu lama, rendang mungkin menjadi pilihan tepat saat itu sebagai bekal". Hal ini karena rendang kering sangat awet, tahan disimpan hingga berbulan lamanya, sehingga tepat dijadikan bekal kala merantau atau dalam perjalanan niaga.
Rendang juga disebut dalam kesusastraan Melayu klasik seperti Hikayat Amir Hamzah yang membuktikan bahwa rendang sudah dikenal dalam seni masakan Melayu sejak 1550-an (pertengahan abad ke-16).
Rendang kian dikenal dan tersebar luas jauh melampaui wilayah aslinya berkat budaya merantau Minangkabau. Orang Minang yang pergi merantau selain bekerja sebagai pegawai atau berniaga, banyak di antara mereka berwirausaha membuka Rumah Makan Padang di seantero Nusantara, bahkan meluas ke negara tetangga hingga Eropa dan Amerika. Rumah makan inilah yang memperkenalkan rendang serta hidangan Minangkabau lainnya secara meluas. Ketenaran rendang telah membuatnya rendang dinobatkan sebagai hidangan yang menduduki peringkat pertama daftar World's 50 Most Delicious Foods (50 Hidangan Terlezat Dunia) versi CNN International tahun 2011.
Selain pada acara adat, rendang juga menjadi pilihan menu saat mengolah daging kurban yang melimpah saat hari raya Idul Adha. Rendang juga menjadi makanan yang disajikan khusus untuk hari raya Idul Fitri. Rendang juga telah menjadi salah satu pilihan barang bantuan yang dikirimkan oleh Pemerintah Provinsi Sumatera Barat sebagai bantuan pangan bagi korban bencana di daerah lain. Hal ini pertama kali dilakukan pada tahun 2016 saat terjadi gempa bumi di Pidie Jaya, Aceh dan dilakukan pula pada gempa bumi Lombok 2018.
Makna Budaya
Rendang memiliki posisi istimewa dalam budaya masyarakat Minangkabau. Rendang memiliki filosofi tersendiri bagi masyarakat Minang Sumatra Barat, yaitu musyawarah dan mufakat, yang berangkat dari empat bahan pokok yang melambangkan keutuhan masyarakat Minang. Secara simbolik, dagiang (daging sapi) melambangkan "niniak mamak" (para pemimpin suku adat), karambia (kelapa) melambangkan "cadiak pandai" (kaum Intelektual), lado (cabai) melambangkan "alim ilama" yang tegas untuk mengajarkan syariat agama, dan pemasak (bumbu) melambangkan keseluruhan masyarakat Minangkabau.
Dalam tradisi Minangkabau, rendang adalah hidangan yang wajib disajikan dalam setiap perayaan adat, seperti berbagai upacara adat Minangkabau, kenduri, atau menyambut tamu kehormatan.
Dalam tradisi Melayu, baik di Riau, Jambi, Bengkulu, Palembang, Lampung, Medan, atau Semenanjung Malaya, rendang menjadi hidangan istimewa yang dihidangkan dalam kenduri khitanan, ulang tahun, pernikahan, barzanji, atau perhelatan keagamaan, seperti Idul Fitri dan Idul Adha.
Sumber:
https://www.fimela.com/amp/4362775/cara-membuat-bumbu-rendang-yang-nendang-dan-mengetahui-sejarahnya
Wikipedia
Google (gambar)
Daging
Makanan Terenak Di Dunia
Masakan
Masakan Indonesia
Masakan Padang
Masakan Sumatera
Rempah-Rempah
Rendang
Resep
Santan
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
Komentar
Posting Komentar