Kenangan Tak Akan Terlupakan (Unforgettable Memories)

Jessica Marie adalah siswi yang cerdas dan penuh semangat. Di sekolahnya, ia dikenal sebagai salah satu siswa yang aktif di berbagai kegiatan. Sedangkan Christian Oliver adalah murid yang cenderung pendiam, tetapi selalu menarik perhatian dengan kepintarannya dan senyum tenangnya.

Pertemuan mereka dimulai saat keduanya menjadi panitia acara sekolah. Jessica, sebagai ketua panitia, merasa Chris terlalu cuek dengan tugas-tugasnya.

"Chris, kamu harus lebih serius! Kalau dekorasinya tidak selesai, acaranya bisa berantakan," tegur Jessica.

Chris hanya tersenyum. "Tenang saja, Jess. Aku sudah atur semuanya."

Dan benar saja, pada hari acara, dekorasi yang dibuat Chris bersama timnya sempurna. Saat itu, Jessica mulai menyadari ada sisi Chris yang membuatnya tertarik.

Sejak saat itu, mereka mulai sering berbicara dan berbagi cerita. Di balik sikap santainya, Chris ternyata memiliki mimpi besar untuk menjadi seorang arsitek. Jessica, yang bercita-cita menjadi dokter, merasa terinspirasi oleh dedikasi Chris.

Mereka sering menghabiskan waktu di perpustakaan, belajar bersama, dan saling menyemangati untuk mencapai nilai terbaik.

"Kalau nanti kita sukses, kita harus saling ingat ya," kata Jessica sambil tersenyum.

Chris mengangguk. "Tentu saja. Tapi jangan lupa, aku ingin jadi orang pertama yang kamu hubungi saat kamu berhasil masuk fakultas kedokteran."

Jessica tertawa kecil. "Oke, janji."

Namun, kebahagiaan masa SMA mereka harus berakhir. Setelah lulus, Jessica diterima di fakultas kedokteran di Jakarta sementara Chris harus pindah ke Surabaya untuk kuliah arsitektur. Mereka mencoba menjaga hubungan, tetapi jarak dan kesibukan membuat komunikasi semakin jarang.

Pada suatu malam, Jessica menangis di kamarnya. "Kenapa semuanya jadi sulit? Aku kangen masa-masa kita dulu, Chris..."

Di sisi lain, Chris juga merindukan Jessica. Namun, ia tahu bahwa mereka harus fokus pada mimpi masing-masing.

Lima tahun berlalu. Jessica kini menjadi dokter muda yang sibuk sementara Chris telah menjadi arsitek yang bekerja di sebuah perusahaan besar. Mereka tidak pernah saling menghubungi sejak tahun kedua kuliah.

Pada suatu hari Natal, Jessica menghadiri misa di gereja tempat ia biasa pergi saat kecil. Saat keluar dari gereja, ia melihat sosok yang sangat familiar.

"Chris?" tanyanya ragu.

Chris menoleh dan tersenyum. "Jessica. Lama tidak bertemu."

Percakapan sederhana itu membawa mereka kembali pada kenangan masa SMA. Mereka memutuskan untuk minum kopi bersama dan berbagi cerita tentang hidup masing-masing.

Malam itu, Chris akhirnya berkata, "Jess, aku tidak pernah lupa janji kita dulu. Kamu adalah orang yang selalu aku ingat, bahkan saat kita berjauhan."

Jessica tersenyum, matanya berkaca-kaca. "Aku juga, Chris. Aku pikir kita sudah tidak mungkin bertemu lagi. Tapi... aku senang takdir mempertemukan kita."

Sejak malam itu, hubungan mereka kembali terjalin. Kini, tanpa ada jarak atau kesibukan kuliah, mereka memiliki waktu untuk saling mengenal lagi.

Beberapa tahun kemudian, di sebuah hari cerah, Jessica berjalan di altar sebuah gereja dengan gaun pengantin putih. Chris berdiri di depan altar, menunggunya dengan senyum hangat yang sama seperti saat SMA dulu.

Saat mengucapkan janji pernikahan, Jessica berbisik, "Aku tahu, sejak dulu, kamu adalah bagian dari hidupku yang paling berarti."

Chris menjawab, "Dan aku akan selalu ada di sisimu, seperti yang seharusnya."

Hari itu, kenangan masa remaja mereka tidak lagi hanya menjadi memori, tetapi menjadi awal dari cerita indah yang baru.

[Bahasa Inggris]
Jessica Marie was a bright and passionate student. At school, she was known for being active in various activities. Meanwhile, Christian Oliver was a quiet student who often drew attention with his intelligence and calm smile.

Their story began when both were chosen as committee members for a school event. Jessica, as the head of the committee, often felt that Chris was too laid-back with his responsibilities.

"Chris, you need to take this more seriously! If the decorations aren’t ready, the event could be a disaster," Jessica scolded.

Chris just smiled. "Relax, Jess. I’ve got everything under control."

And he did. On the day of the event, the decorations prepared by Chris and his team were perfect. That was when Jessica started to notice a different side of him, something that intrigued her.

From then on, they began talking more and sharing stories. Behind Chris’s laid-back demeanor was a big dream: to become an architect. Jessica, who aspired to be a doctor, found herself inspired by Chris's dedication.

They often spent time together in the library, studying and encouraging each other to achieve their best grades.

“When we succeed one day, let’s never forget each other,” Jessica said with a smile.

Chris nodded. “Of course. But promise me, when you get into med school, I’ll be the first one you tell.”

Jessica chuckled softly. “Deal.”

But their happy high school days had to come to an end. Jessica got accepted into medical school in Jakarta, while Chris moved to Surabaya for architecture school. They tried to keep in touch, but distance and busy schedules made it harder over time.

One night, Jessica sat crying in her room. “Why does everything feel so hard? I miss the way things used to be, Chris…”

On the other side of the city, Chris missed her too. But he knew they both had to focus on their dreams.

Five years passed. Jessica became a busy young doctor, and Chris was now working as an architect at a major firm. They hadn’t spoken since their second year of college.

One Christmas Day, Jessica attended mass at her childhood church. As she walked out, she saw a familiar face.

“Chris?” she asked hesitantly.

Chris turned and smiled. “Jessica. It’s been a while.”

That simple conversation brought back all the memories of their high school days. They decided to grab coffee and catch up on each other’s lives.

That night, Chris finally said, “Jess, I never forgot the promise we made. You’ve always been in my heart, even when we were far apart.”

Jessica smiled, her eyes glistening. “Me too, Chris. I thought we’d never meet again. But… I’m glad fate brought us back together.”

From that night on, their connection grew stronger once more. Without the distance or college pressures, they had the time to truly rediscover each other.

A few years later, on a bright and beautiful day, Jessica walked down the aisle in a white wedding dress. Chris stood at the altar, waiting for her with the same warm smile he had back in high school.

As they exchanged vows, Jessica whispered, “I’ve always known you were the most meaningful part of my life.”

Chris replied, “And I’ll always be by your side, just like I was meant to be.”

That day, their teenage memories were no longer just a part of the past but the beginning of a beautiful new story.

Komentar