- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
Puisi atau guritan adalah salah satu jenis karya sastra yang gaya bahasanya sangat ditentukan oleh irama, rima, serta penyusunan larik dan bait.
Penulisan puisi memakai bahasa yang cermat dan pilihan kata tepat, sehingga meningkatkan kesadaran orang akan pengalaman dan memberikan tanggapan khusus lewat penataan bunyi, irama, dan pemaknaan khusus. Puisi mengandung seluruh unsur sastra di dalam penulisannya. Perkembangan dan perubahan bentuk, serta isi pada puisi selalu mengikuti perkembangan selera, perubahan konsep estetika, dan kemajuan intelektual manusia. Puisi mampu membuat ekspresi pemikiran yang mempengaruhi perasaan dan meningkatkan imajinasi panca-indra dalam susunan yang berirama. Penyampaian puisi menggunakan bahasa yang memiliki makna mendalam dan menarik. Isi puisi merupakan catatan dan perwakilan dari pengalaman penting yang dialami oleh manusia.
Penekanan pada segi estetik suatu bahasa dan penggunaan sengaja pengulangan, meter, serta rima adalah yang membedakan puisi dari prosa. Namun, perbedaan ini masih diperdebatkan. Pandangan kaum awam biasanya membedakan puisi dan prosa dari jumlah huruf, kata, kalimat, dan bentuk penyajian (tipografi) dalam karya tersebut. Puisi lebih singkat, padat, serta disajikan dalam bentuk larik dan bait, sedangkan prosa lebih panjang, disajikan dalam bentuk narasi, dan mengalir seperti mengutarakan cerita.
Beberapa ahli modern memiliki pendekatan dengan mendefinisikan puisi tidak sebagai jenis literatur, tetapi sebagai perwujudan imajinasi manusia yang menjadi sumber segala kreativitas. Selain itu, puisi juga merupakan curahan isi hati seseorang yang membawa orang lain masuk ke dalam keadaan hatinya.
Di dalam puisi juga, biasa disisipkan majas yang membuat puisi itu semakin indah. Majas tersebut juga bermacam-macam, salah satunya adalah sarkasme, yaitu sindiran langsung dengan kasar.
Di beberapa daerah di Indonesia puisi juga sering dinyanyikan dalam bentuk pantun.
Baris-baris pada puisi dapat berbentuk apa saja (melingkar, zig zag, dan lain-lain). Hal tersebut merupakan salah satu cara penulis untuk menunjukkan pemikirannya. Puisi kadang hanya berisi satu kata atau suku kata yang terus diulang-ulang. Bagi pembaca, hal tersebut mungkin membuat puisi menjadi tidak atau kurang bisa dimengerti. Namun, penulis selalu memiliki alasan untuk segala keanehan yang dia ciptakan. Tak ada batasan bagi seorang penulis dalam menciptakan sebuah puisi.
Ada beberapa perbedaan antara puisi lama dan puisi baru. Namun, beberapa kasus mengenai puisi modern atau puisi siber belakangan ini makin memprihatinkan jika ditilik dari pokok dan kaidah puisi itu sendiri, yaitu pemadatan kata. Kebanyakan penyair aktif sekarang, baik pemula ataupun bukan, lebih mementingkan gaya bahasa dan bukan pada pokok puisi tersebut. Mereka enggan atau tak mau melihat kaidah awal puisi tersebut.
Pembacaan puisi cenderung dinamis atau elastis. Mengapa? Karena tidak ada patokan dalam nada atau gaya bahasanya.
Puisi merupakan seni yang memiliki perasaan ketika melantunkan dan menyelaraskannya, sehingga pendengar dapat merasakan emosi, serta berimajinasi tentang maksud puisi tersebut.
Dasar-Dasar Pembaca Puisi
Pembacaan puisi memiliki dasar-dasar penting yang mencakup olah vokal, olah musikal, olah sukma, olah mimik, olah gerak, dan wawasan kesastraan. Jika dasar-dasar tersebut telah dikuasai, langkah selanjutnya akan sampai pada proses pembacaan. Pembacaan puisi perlu memperhatikan tahap-tahap, yaitu membaca dalam hati yang bertujuan agar puisi tersebut terapresiasi secara penuh, membaca nyaring dengan memperhatikan daya vokal, tempo, timbre, interpolasi, rima, irama dan diksi, membaca kritis, serta membaca puitis.
Gerak
Gerak dalam pembacaan puisi meliputi ekspresi dan mimik, gestur, serta pantomimik. Ekspresi adalah pernyataan perasaan hasil penjiwaan puisi, sedangkan mimik adalah gerak air muka. Gestur merupakan gerak tangan dan kaki saat membaca puisi yang disesuaikan dengan isi puisi. Sementara itu, pantomimik merupakan perpaduan ekspresi mimik wajah dan gerak-gerik tubuh.
Vokal
Vokal atau suara dalam pembacaan puisi terbagi menjadi artikulasi, intonasi, tempo, power, serta volume suara.
- Artikulasi yaitu ketepatan dalam melafalkan kata-kata. Kejelasan artikulasi dalam membaca puisi sangat dibutuhkan dalam pelafalan bunyi huruf vokal dan konsonan.
- Intonasi adalah yaitu tinggi rendah suatu nada pada kalimat yang memberikan penekanan dalam kata-kata tertentu di suatu kalimat. Dalam sebuah puisi, ada empat jenis intonasi sebagai berikut:
- Tekanan dinamik yaitu tekanan pada kata-kata yang dianggap penting.
- Tekanan nada yaitu tekanan tinggi rendahnya suara. Misalnya, suara tinggi menggambarkan keriangan, marah, takjub, dan sebagainya. Suara rendah mengungkapkan kesedihan, pasrah, ragu, putus asa, dan sebagainya.
- Tekanan tempo yaitu cepat lambat pengucapan suku kata atau kata.
- Modulasi meliputi perubahan bunyi suara. Misalnya, suara menjerit karena marah, suara mendesah karena lelah. Ketepatan intonasi atau irama ini bergantung kepada ketepatan penafsiran atas puisi yang dibacakan.
- Karakter suara adalah ciri khas suara yang dimiliki oleh pembaca puisi. Seorang membaca puisi harus mampu memainkan karakter suara sesuai dengan kutipan puisi yang dibaca. Apabila dalam puisi diceritakan tentang pendirian seorang gadis, dia harus mampu mengubah suara seperti seorang gadis.
- Tempo merupakan ukuran cepat lambatnya pembacaan dari suatu kata atau kalimat dalam puisi.
- Power atau kekuatan suara merupakan bagian yang amat penting untuk diperhatikan saat membaca puisi. Suara seorang pembaca puisi harus mampu mengatasi suara penonton atau pendengarnya. Seorang pembaca puisi dituntut untuk memiliki vokal yang keras agar suaranya bisa terdengar oleh penonton.
Unsur-Unsur Puisi
Unsur-unsur puisi meliputi struktur fisik dan struktur batin puisi.
Struktur Fisik Puisi
Struktur fisik puisi terdiri dari beberapa hal di bawah ini.
- Perwajahan puisi (tipografi) merupakan bentuk puisi seperti halaman yang tidak dipenuhi kata-kata, tepi kanan-kiri, pengaturan baris, hingga baris puisi yang tidak selalu dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik. Hal-hal tersebut sangat menentukan pemaknaan terhadap puisi.
- Diksi adalah pemilihan kata-kata yang dilakukan oleh penyair dalam puisi. Karena puisi adalah bentuk karya sastra yang sedikit kata-kata dapat mengungkapkan banyak hal, kata-katanya harus dipilih secermat mungkin. Pemilihan kata-kata dalam puisi berkaitan erat dengan makna, keselarasan bunyi, dan urutan kata.Imaji merupakan kata atau susunan kata-kata yang dapat mengungkapkan pengalaman indrawi, seperti penglihatan, pendengaran, dan perasaan.
- Imaji dapat dibagi menjadi tiga, yaitu imaji suara (auditif), imaji penglihatan (visual), dan imaji raba atau sentuh (imaji taktil). Imaji dapat mengakibatkan pembaca seakan-akan melihat, mendengar, dan merasakan seperti apa yang dialami penyair. Pengimajinasian dalam puisi berguna untuk memberi gambaran yang jelas menimbulkan suasana khusus membuat hidup gambaran dalam pikiran dan penginderaan, serta untuk menarik perhatian dan memberikan kesan mental atau bayangan visual penyair menggunakan gambaran-gambaran angan.
- Kata Konkret adalah kata yang dapat ditangkap dengan indra yang memungkinkan munculnya imaji. Kata-kata ini berhubungan dengan kiasan atau lambang. Misalnya, kata konkret salju melambangkan kebekuan cinta, kehampaan hidup, dan lain-lain. Sementara itu, kata konkret rawa-rawa dapat melambangkan tempat kotor, tempat hidup, bumi, kehidupan, dan lain-lain. Kata konkret merupakan syarat terjadinya pengimajian atau pencitraan.
- Gaya bahasa merupakan penggunaan bahasa yang dapat menghidupkan atau meningkatkan efek dan menimbulkan konotasi tertentu. Bahasa figuratif menyebabkan puisi menjadi prismatis, artinya memancarkan banyak makna atau kaya akan makna. Gaya bahasa disebut juga majas. Adapun macam-macam majas antara lain metafora, simile, personifikasi, litotes, ironi, sinekdoke, eufemisme, repetisi, anafora, pleonasme, antitesis, alusio, klimaks, antiklimaks, satire, pars pro toto, totem pro parte, dan paradoks.
- Rima atau Irama adalah persamaan bunyi pada puisi, baik di awal, tengah, dan akhir baris puisi. Rima sangat menonjol dalam pembacaan puisi. Selanjutnya, rima mencakup hal-hal sebagai berikut.
- Onomatope adalah tiruan terhadap bunyi, misal /ng/ yang memberikan efek magis pada puisi Sutadji C.B.
- Bentuk intern pola bunyi adalah aliterasi, asonansi, persamaan akhir, persamaan awal, sajak berselang, sajak berparuh, sajak penuh, repetisi bunyi [kata], dan sebagainya.
- Pengulangan kata atau ungkapan merupakan tinggi rendah, panjang pendek, keras lemahnya bunyi.
- Tipografi merupakan teknik penulisan dalam puisi.
Tipografi merupakan pembeda yang paling awal dalam membedakan puisi dengan prosa fiksi ataupun drama. Baris-baris dalam puisi membentuk sebuah periodisitas yang disebut bait. Tipografi merupakan aspek bentuk visual yang berupa tata hubungan, susunan baris, dan ukiran bentuk untuk mendapatkan kesan menarik agar indah dipandang. Tujuan tipografi dalam puisi adalah untuk keindahan indrawi dan untuk mendukung pengedepanan makna rasa dan suasana puisi.
Struktur Batin Puisi
Struktur batin puisi terdiri dari hal-hal sebagai berikut.
- Tema atau makna (sense) adalah pokok persoalan yang disampaikan pengarang dalam puisi. Tema sebuah puisi dapat disampaikan secara langsung maupun tidak langsung. Makna puisi dapat ditemukan setelah membaca dan menafsirkannya. Media puisi adalah bahasa. Tataran bahasa adalah hubungan tanda dengan makna, maka puisi harus bermakna, baik makna tiap kata, baris, bait, maupun keseluruhan.
- Rasa (feeling) adalah sikap penyair terhadap pokok permasalahan yang terdapat dalam puisi. Pengungkapan tema dan rasa berkaitan erat dengan latar belakang sosial dan psikologi penyair. Misalnya, latar belakang pendidikan, agama, jenis kelamin, kelas sosial, kedudukan dalam masyarakat, usia, pengalaman sosiologis dan psikologis, dan pengetahuan. Kedalaman pengungkapan tema dan ketepatan dalam menyikapi suatu masalah tidak bergantung pada kemampuan penyair memilih kata-kata, rima, gaya bahasa, dan bentuk puisi saja, tetapi lebih banyak bergantung pada wawasan, pengetahuan, pengalaman, serta kepribadian yang terbentuk oleh latar belakang sosiologis dan psikologisnya.
- Nada (tone) adalah sikap penyair terhadap pembacanya. Nada juga berhubungan dengan tema dan rasa. Penyair dapat menyampaikan tema dengan nada menggurui, mendikte, bekerja sama dengan pembaca untuk memecahkan masalah, menyerahkan masalah begitu saja kepada pembaca, dengan nada sombong, menganggap bodoh dan rendah pembaca, dan lain-lain.
- Amanat/tujuan/maksud (intention) adalah pesan yang ingin disampaikan penyair kepada pembaca.
Jenis Puisi
Merujuk Modul Kajian Puisi yang disusun Ade Hikmat, Nur Aini Puspitasari, dan Syarif Hidayatullah, berikut ini adalah jenis-jenis puisi.
Puisi Lama
Puisi lama Indonesia terdiri dari mantra, pantun, karmina, seloka, gurindam, syair, dan talibun. Hadirnya jenis-jenis puisi banyak dipengaruhi dengan tradisi keagamaan dan kebudayaan tertentu.
Mantra
Mantra adalah ujaran lisan dengan rima yang ketat. Penyusunan bunyi-bunyian tersebut tidak selalu mengedepankan arti. Mantra dimitoskan memiliki kekuatan gaib, oleh karena itu, jenis puisi ini dijadikan sebagai bacaan untuk mengobati orang sakit.
Berikut contoh mantra yang dikutip dari salah satu bait puisi karya Sapardi Djoko Damono:
Gelang-gelang si gali-gali
Malukut kepada padi
Air susu kerus asalmu jadi
Aku sapa tidak berbunyi
Pantun
Pantun merupakan jenis puisi yang memiliki bentuk dan pola yang tetap. Bentuknya empat baris untuk tiap baitnya. Masing-masing baris berpolakan a-b-a-b. Tiap baris tersebut, terdiri dari 8-12 suku kata.
Dalam pantun, dua baris berikutnya disebut isi. Pantun berdasarkan isinya dibagi menjadi pantun anak, muda-mudi, agama atau nasihat, teka-teki, dan jenaka.
Contoh pantun:
Berakit-rakit ke hulu
Berenang-renang ke tepian
Bersakit-sakit dahulu
Bersenang-senang kemudian
Karmina
Karmina merupakan sejenis pantun tetapi isinya lebih pendek. Bentuknya yang pendek membuat karmina juga disebut sebagai pantun kilat.
Jenis puisi ini juga memiliki pola yang tetap yang terdiri dari dua baris. Baris pertama dalam karmina disebut sampiran dan baris kedua disebut isi.
Contoh karmina:
Buah matoa sulit didapat
Sudah tua belum juga tobat
Seloka
Seloka merupakan puisi dengan pola a-a-a-a yang memiliki sampiran dan sisi. Namun selebihnya, seloka mirip dengan pantun.
Contoh seloka:
Candu dibungkus kain palas
Makan dia mata bilas
Mandi segan kerja malas
Harta orang hendak digalas
Gurindam
Gurindam merupakan jenis puisi yang masing-masing baitnya terdiri dari dua baris dengan pola a-a-a-a. Isi gurindam adalah nasihat atau petuah. Berikut salah satu contoh gurindam:
Pikir dahulu sebelum berkata
Supaya terelak silang sengketa
Apabila anak tak dilatih
Jikalau besar bapaknya letih
Kurang pikir kurang siasat
Tentu dirimu kelak tersesat
Pekerjaan marah jangan dibela
Nanti hilang akal di kepala
Tanda orang yang amat celaka
Aib dirinya tiada disangka
Syair
Syair merupakan jenis puisi dengan ciri tiap bait berisi empat baris berpola a-a-a-a. Isi syair adalah nasihat atau cerita yang berisi hikmah.
Contoh syair:
Ilmu didapat tiada cepat
Mesti sabar hatinya kuat
Moga Tuhan berikan rahmat
Maka jaga hati serta niat
Belajar haruslah semangat
Rajin tekun serta giat
Agar ilmu mudah didapat
Masa depan semakin dekat
Talibun
Talibun yang merupakan pantun genap, tiap baitnya terdiri dari 6, 8, ataupun 10 baris. Beberapa talibun ditulis juga dalam 16-20 baris dalam tiap baitnya. Pola puisi ini adalah a-a-a-a.
Contoh talibun:
Pergi merantau jauh ke negeri seberang
Janganlah lalai membawa perbekalan berupa makanan
Jika tersesat di perjalanan ingatlah peta yang kau bawa
Serta jangan malu mendatangi orang untuk bertanya Jika engkau berbuat baik kepada semua orang
Niscaya kebaikan pula yang akan engkau dapatkan Sudahlah engkau 'kan dapat pahala
Di dunia pun engkau akan hidup bahagia
Rubaiat
Rubaiat adalah puisi lama dari Arab yang berbentuk pantun. Tiap bait dari rubaiat tersusun atas empat baris. Sajak yang digunakan berpola a-b-a-b. Pesan yang disampaikan di dalam rubaiat berbentuk epigram.
Gaza
Gaza merupakan puisi lama yang berasal dari Persia. Tiap bait pada gaza terdiri delapan baris. Tiap baris diakhiri dengan kata yang sama. Gaza menceritakan kisah asmara atau cinta kasih.
Kit'ah
Kit'ah merupakan puisi lama yang berasal dari Arab. Isi kit'ah merupakan nasihat-nasihat. Tujuan dari pemberian nasihat adalah sebagai bentuk pendidikan.
Masnawi
Masnawi merupakan puisi lama yang berasal dari Persia. Irama yang digunakan ialah akhiran kata yang sama tiap dua baris. Masnawi berisi pujian terhadap kemuliaan tingkah laku seseorang.
Nazam
Nazam merupakan puisi lama yang berasal dari Arab. Penulisan nazam hanya 12 baris. Nazam memberikan cerita yang berkaitan dengan kehidupan para penghuni istana, yaitu raja atau sultan, bangsawan, dan budak.
Bidal
Bidal termasuk dalam jenis puisi lama yang beberapa isi barisnya dirangkap untuk menjelaskan pemerian. Setiap rangkap dapat menjelaskan keseluruhan cerita tanpa perlu memahami baris rangkap lainnya. Bidal berbentuk kalimat singkat yang mengandung kiasan atau perwakilan dari keadaan nyata. Tujuan penggunaan kiasan dalam bidal adalah sebagai bentuk penentangan atau sindiran. Pesan utama dalam bidal adalah nasihat, peringatan, atau sindiran, dan sebagainya. Pengungkapan pikiran dan perasaan dilakukan melalui pengibaratan dan perbandingan.
Puisi Baru
Berbeda dengan puisi lama, puisi baru tidak mengenal pola dalam penyusunan puisinya. Oleh sebab itu, pembagian puisi baru hanya terlihat seperti pembagian puisi berdasarkan temanya, kecuali pada jenis balada.
Puisi baru Indonesia meliputi romansa, elegi, dan satire. Berikut penjelasannya.
Balada
Balada merupakan jenis puisi yang berbentuk kisahan atau cerita. Bentuknya yang bercerita membuat jenis puisi ini memiliki alur, tokoh, dan latar cerita.
Himne
Himne merupakan jenis puisi yang berisi puja-puji kepada Tuhan, tanah air, atau pahlawan.
Ode
Ode merupakan puisi jenis puisi yang berisi sanjungan kepada orang yang berjasa, baik berjasa kepada dirinya maupun kepada tanah air.
Epigram
Epigram merupakan puisi yang berisi tuntunan, ajaran hidup, atau nasihat.
Romansa
Romance atau romansa merupakan puisi yang berisi luapan perasaan cinta kasih, baik berbentuk perasaan rindu, cemburu, bahagia, dan sedih.
Salah satu contoh puisi romansa adalah sebagai berikut yang dikutip dari puisi Sapardi Djoko Damono:
"Aku Ingin"
Aku ingin mencintaimu dengan sederhana
dengan kata yang tak sempat diucapkan
kayu kepada api yang menjadikannya abu
Aku ingin mencintaimu dengan sederhana
dengan isyarat yang tak sempat disampaikan
awan kepada hujan yang menjadikannya tiada
Elegi
Elegi merupakan puisi yang berisi perasaan sedih, tangis, duka, dan lara. Berbeda dengan romansa, puisi jenis ini melingkupi perasaan yang lebih luas, misalnya peperangan, bencana kemanusiaan, kemalangan nasib, dan lain-lain.
Satire
Satire merupakan puisi yang berisi sindiran atau kritikan. Sindiran atau kritikan tersebut dapat ditujukan sebagai suatu kritik sosial terhadap masyarakat ataupun terhadap pemerintahan.
Berdasarkan Bentuk
Distikon adalah puisi yang dalam tiap bait terdiri atas dua baris (puisi dua seuntai).
Contoh:
Berkali kita gagal
Ulangi lagi dan cari akal
Berkali-kali kita jatuh
Kembali berdiri jangan mengeluh
(Or. Mandank)
Terzina adalah puisi yang dalam tiap bait terdiri atas tiga baris (puisi tiga seuntai).
Contoh:
Dalam ribaan bahagia datang
Tersenyum bagai kencana
Mengharum bagai cendana
Dalam bah’gia cinta tiba melayang
Bersinar bagai matahari
Mewarna bagaikan sari
(Sanusi Pane)
Kuatren adalah puisi yang dalam tiap bait terdiri atas empat baris (puisi empat seuntai).
Contoh:
Mendatang-datang jua
Kenangan masa lampau
Menghilang muncul jua
Yang dulu sinau silau
Membayang rupa jua
Adi kanda lama lalu
Membuat hati jua
Layu lipu rindu-sendu
(A.M. Daeng Myala)
Kuint adalah puisi yang dalam tiap bait terdiri atas lima baris (puisi lima seuntai).
Contoh:
Hanya Kepada Tuan
Satu-satu perasaan
Hanya dapat saya katakan
Kepada tuan
Yang pernah merasakan
Satu-satu kegelisahan
Yang saya serahkan
Hanya dapat saya kisahkan
Kepada tuan
Yang pernah diresah gelisahkan
Satu-satu kenyataan
Yang bisa dirasakan
Hanya dapat saya nyatakan
Kepada tuan
Yang enggan menerima kenyataan
(Or. Mandank)
Sekstet adalah puisi yang dalam tiap bait terdiri atas enam baris (puisi enam seuntai).
Contoh:
Merindu Bagia
Jika hari’lah tengah malam
Angin berhenti dari bernapas
Sukma jiwaku rasa tenggelam
Dalam laut tidak terwatas
Menangis hati diiris sedih
(Ipih)
Septima adalah puisi yang dalam tiap bait terdiri atas tujuh baris (tujuh seuntai).
Contoh:
Indonesia Tumpah Darahku
Duduk di pantai tanah yang permai
Tempat gelombang pecah berderai
Berbuih putih di pasir terderai
Tampaklah pulau di lautan hijau
Gunung gemunung bagus rupanya
Ditimpah air mulia tampaknya
Tumpah darahku Indonesia namanya
(jawir)
Oktaf atau Stanza adalah puisi yang dalam tiap bait terdiri atas delapan baris (double kutrain atau puisi delapan seuntai).
Contoh:
Awan
Awan datang melayang perlahan
Serasa bermimpi, serasa berangan
Bertambah lama, lupa di diri
Bertambah halus akhirnya seri
Dan bentuk menjadi hilang
Dalam langit biru gemilang
Demikian jiwaku lenyap sekarang
Dalam kehidupan teguh tenang
(Sanusi Pane)
Soneta adalah puisi yang terdiri atas empat belas baris yang terbagi menjadi dua, dua bait pertama masing-masing empat baris dan dua bait kedua masing-masing tiga baris. Soneta berasal dari kata sonneto (Bahasa Italia) perubahan dari kata sono yang berarti suara. Jadi, soneta adalah puisi yang bersuara. Di Indonesia, soneta masuk dari negeri Belanda, diperkenalkan oleh Muhammad Yamin dan Roestam Effendi, karena itulah mereka berdua yang dianggap sebagai Pelopor atau Bapak Soneta Indonesia. Bentuk soneta Indonesia tidak lagi tunduk pada syarat-syarat soneta Italia atau Inggris, tetapi lebih mempunyai kebebasan dalam segi isi maupun rimanya. Yang menjadi pegangan adalah jumlah barisnya (empat belas baris).
Contoh:
Gembala
Perasaan siapa ta ‘kan nyala (a)
Melihat anak berelagu dendang (b)
Seorang saja di tengah padang (b)
Tiada berbaju buka kepala (a)
Beginilah nasib anak gembala (a)
Berteduh di bawah kayu nan rindang (b)
Semenjak pagi meninggalkan kandang (b)
Pulang ke rumah di senja kala (a)
Jauh sedikit sesayup sampai (a)
Terdengar olehku bunyi serunai (a)
Melagukan alam nan molek permai (a)
Wahai gembala di segara hijau (c)
Mendengarkan puputmu menurutkan kerbau (c)
Maulah aku menurutkan dikau (c)
(Muhammad Yamin)
Puisi Kontemporer
Kata kontemporer secara umum bermakna masa kini sesuai dengan perkembangan zaman atau selalu menyesuaikan dengan perkembangan keadaan zaman. Selain itu, puisi kontemporer dapat diartikan pula sebagai puisi yang lahir dalam kurun waktu terakhir. Puisi kontemporer berusaha lari dari ikatan konvensional puisi itu sendiri. Puisi kontemporer sering kali memakai kata-kata yang kurang memperhatikan santun bahasa, memakai kata-kata makin kasar, ejekan, dan lain-lain. Pemakaian kata-kata simbolik atau lambang intuisi, gaya bahasa, irama, dan sebagainya dianggap tidak begitu penting lagi.
Tokoh-tokoh puisi kontemporer di Indonesia saat ini, yaitu sebagai berikut.
- Sutardji Calzoum Bachri dengan tiga kumpulan puisinya O, Amuk, dan O Amuk Kapak
- Ibrahim Sattah dengan kumpulan puisinya Hai Ti
- Hamid Jabbar dengan kumpulan puisinya Wajah Kita
Puisi Mantra
Puisi mantra adalah puisi yang mengambil sifat-sifat mantra. Sutardji Calzoum Bachri adalah orang yang pertama memperkenalkan puisi mantra dalam puisi kontemporer. Ciri-ciri mantra adalah sebagai berikut.
- Mantra bukanlah sesuatu yang dihadirkan untuk dipahami, melainkan sesuatu yang disajikan untuk menimbulkan akibat tertentu.
- Mantra berfungsi sebagai penghubung manusia dengan dunia misteri.
- Mantra mengutamakan efek atau akibat berupa kemanjuran dan kemanjuran itu terletak pada perintah.
Contoh:
Shang Hai
ping di atas pong
pong di atas ping
ping ping bilang pong
pong pong bilang ping
mau pong? bilang ping
mau mau bilang pong
mau ping? bilang pong
mau mau bilang ping
ya pong ya ping
ya ping ya pong
tak ya pong tak ya ping
ya tak ping ya tak pong
sembilu jarakMu merancap nyaring
(Sutardji Calzoum Bachri dalam O Amuk Kapak, 1981)
Puisi Mbeling
Puisi Mbeling adalah bentuk puisi yang tidak mengikuti aturan. Aturan puisi yang dimaksud ialah ketentuan-ketentuan yang umum berlaku dalam puisi. Puisi ini muncul pertama kali dalam majalah Aktuil yang menyediakan lembar khusus untuk menampung sajak, dan oleh pengasuhnya yaitu Remy Silado, lembar tersebut diberi nama "Puisi Mbeling".
Puisi mbeling adalah bagian dari gerakan mbeling yang dicetuskan oleh Remy Silado, suatu gerakan ditujukan untuk mendobrak sikap rezim orde baru yang dianggap feodal dan munafik. Dalam bahasa Jawa, mbeling berarti nakal atau memberontak terhadap kemapanan dengan cara-cara yang menarik perhatian. Kata-kata dalam puisi mbeling tidak perlu dipilih-pilih lagi. Dasar puisi mbeling adalah main-main. Puisi mbeling berciri mengutamakan unsur kelakar; pengarang memanfaatkan semua unsur puisi berupa bunyi, rima, irama, pilihan kata dan tipografi untuk mencapai efek kelakar tanpa ada maksud lain yang disembunyikan (tersirat).
Contoh:
Sajak Sikat Gigi
Seseorang lupa menggosok giginya sebelum tidur
Di dalam tidur ia bermimpi
Ada sikat gigi menggosok-gosok mulutnya supaya terbuka
Ketika ia bangun pagi hari
Sikat giginya tinggal sepotong
Sepotong yang hilang itu agaknya
Tersesat di dalam mimpinya dan tak bisa kembali
Dan ia berpendapat bahwa, kejadian itu terlalu berlebih-lebihan
(Yudhistira Ardi Nugraha dalam Sajak Sikat Gigi, 1974)
Selain itu, puisi mbeling juga menyampaikan kritik sosial terutama terhadap sistem perekonomian dan pemerintahan, dan menyampaikan ejekan kepada para penyair yang bersikap sungguh-sungguh terhadap puisi. Dalam hal ini, Taufik Ismail menyebut puisi mbeling dengan puisi yang mengkritik puisi.
Puisi Konkret
Puisi konkret adalah puisi yang disusun dengan mengutamakan bentuk grafis berupa tata wajah hingga menyerupai gambar tertentu. Puisi seperti ini tidak sepenuhnya menggunakan bahasa sebagai media. Di dalam puisi konkret pada umumnya terdapat lambang-lambang yang diwujudkan dengan benda dan/atau gambar-gambar sebagai ungkapan ekspresi penyair.
Contoh:
Doktorandus Tikus I
selusin toga
me
nga
nga
seratus tikus berkampus
diatasnya
dosen dijerat
profesor diracun
kucing
kawin
dan bunting
dengan predikat
sangat memuaskan
(F. Rahardi dalam Soempah WTS, 1983)
Penyusunan puisi kontemporer sebagai puisi inkonvensional ternyata juga perlu memerhatikan beberapa unsur sebagai berikut.
- Unsur bunyi meliputi penempatan persamaan bunyi (rima) pada tempat-tempat tertentu untuk menghidupkan kesan dipadu dengan repetisi atau pengulangan-pengulangan.
- Tipografi meliputi penyusunan baris-baris puisi berisi kata atau suku kata sesuai dengan gambar (pola) tertentu.
- Enjambemen meliputi pemenggalan atau perpindahan baris puisi untuk menuju baris berikutnya.
- Kelakar (parodi) meliputi penambahan unsur hiburan ringan sebagai pelengkap penyajian puisi yang pekat dan penuh perenungan (kontemplatif)
Berdasarkan Aspek Ungkapan
Puisi Lirik
Puisi lirik banyak menggunakan lirik yang mengungkapkan perasaan yang dialami penulisnya. Pengungkapan suasana lebih utama daripada tema, Makna puisi dipahami dengan memperhatikan suasana batin penulis. Penyampaian pesan-pesan moral tidak menjadi tujuan utama dalam puisi lirik.
Puisi Epik
Puisi epik menggunakan kisah dalam menyampaikan pesan. Gaya penulisannya berbentuk prosa dengan tetap menggunakan unsur-unsur puisi. Epik juga disebut sebagai sajak naratif. Isi puisi epik menceritakan petualangan atau perjalanan seorang pahlawan atau tokoh. Perjalanan sang tokoh selalu disertai dengan berbagai perbuatan luhur.
Puisi Santai
Puisi santai adalah puisi yang tidak terlalu ambisius untuk menjadi puisi. Ia lahir dari pengalaman sehari-hari yang tidak dapat diremehkan. Ia tidak bersaing dengan puisi kontemporer yang masih mengandung unsur dialog keras dengan para pendahulunya, seperti kelahiran kembali mantra pada puisi Sutardji Calzoum Bachri. Puisi-puisi santai ini belum banyak dibuat jadi buku, tapi kemunculannya dapat dipandang sebagai gejala yang disebabkan oleh budaya baru masyarakat digital. Melalui Facebook atau Instagram, para penyair ini mengasah peristiwa sehari-hari dalam sajian bahasa puitis. Mereka bebas memilih gaya: mantra, pantun, lirik, dramatik, humor, dll. Untuk menyebut puisinya itu sekadar urusan yang tidak harus ambisius sebagai sastra, Arip Senjaya sebagai misal menerbitkan buku kumpulan puisi Seperti Bukan Cinta yang mengindikasikan lahirnya corak baru puisi Indonesia ini. Puisi tersebut membicarakan apa saja terjadi setiap hari. Alih-alih menjadi puisi sastrawi, puisi-puisi dalam buku tersebut malah membangun kesan encer dan bercanda. Namun, pengamat sastra Indonesia asal Jerman Berthold Damshäuser memandang puisi-puisi santai Arip Senjaya itu tak bisa diremehkan dan penting bagi perkembangan alternatif puisi Indonesia khususnya.
Keunikan dari Puisi
Keunikan dari puisi terletak pada penggunaan bahasa kreatif dan berirama, serta penggunaan kata-kata yang dipilih secara selektif dan memiliki makna mendalam. Berbeda dengan tulisan lain, puisi memiliki struktur teratur dan harmonis, sehingga menghasilkan irama dan rima yang menyenangkan untuk didengar atau dibaca.
Selain itu, puisi juga memiliki penggunaan bahasa khas yang unik, seperti metafora, simbol, dan personifikasi, hingga membuatnya lebih eksploratif dan kreatif. Puisi juga mampu mengungkapkan perasaan atau pengalaman yang mendalam dengan cara lebih intens dan emosional, sehingga seringkali digunakan sebagai wadah ekspresi diri atau bahkan sebagai bentuk terapi.
Dengan keunikan-keunikan tersebut, puisi bisa menjadi sebuah karya seni sastra yang memiliki daya tarik dan keindahan tersendiri, serta bisa menjadi sarana untuk merangsang imajinasi, menginspirasi, dan memberikan makna mendalam kepada pembaca atau pendengar.
Peranan
Media Komunikasi
Puisi merupakan salah satu media komunikasi karena memiliki pengirim pesan, medium, dan penerima pesan. Pesan berupa pengalaman yang hendak disampaikan oleh penyair sebagai pengirim pesan. Medium yang digunakan adalah bahasa dan penerimanya adalah pembaca. Komunikasi di dalam puisi tidak hanya berupa data objektif, tetapi juga data subjektif. Data ini berupa sikap, perasaan, dan imajinasi dari pembicara.
Meningkatkan Proses Berpikir Kreatif
Puisi tidak hanya menyampaikan perasaan penulis, tetapi juga sebagai produk dari proses penciptaan kreatif. Penciptaan puisi melibatkan strategi, analisis, seleksi, dan sintesis. Kegiatan berpikir kreatif ini dilakukan melalui pemilihan kata dan peringkasan bahasa. Kata-kata di dalam puisi dipilih secara hati-hati, sehingga dibaca dengan makna indah serta menyampaikan pesan dari penyair secara tepat dan mewakili banyak pengertian. Selain itu, pola bunyi pada puisi juga memiliki keindahan yang disesuaikan dengan selera penulis.
Meningkatkan Keterampilan Berbahasa
Puisi dapat digunakan untuk pembelajaran sastra yang dapat meningkatkan keterampilan berbahasa. Keterampilan membaca, menyimak, berbicara, dan menulis dapat dilakukan melalui puisi. Keterampilan membaca diasah dengan pembacaan puisi. Keterampilan menyimak dapat dilatih dengan cara mendengarkan puisi melalui rekaman. Sementara itu, keterampilan berbicara dapat terlatih dengan ikut serta dalam bermain drama. Kemudian, keterampilan menulis dilatih dengan kegiatan diskusi sastra yang hasilnya dapat dituliskan dalam bentuk esai atau puisi.
Menunjang Pembentukan Watak
Puisi dalam pembelajaran sastra memiliki nilai guna apabila dapat memberikan hiburan dan manfaat. Manfaat puisi dalam pembelajaran sastra ialah pemberian nilai-nilai yang berkaitan dengan tujuan hidup manusia. Selain itu, manfaat puisi juga diperoleh dari segi pengetahuan dari berbagai teori hasil pengembangan dalam penelitian jenis sastra.
Sebagai Bentuk Pendorong Refleksi
Puisi adalah jenis karya sastra yang dikenal dengan susunan kalimat dan diksi yang menyimpan makna khusus di dalamnya. Umumnya, puisi dibuat dalam bentuk bait dengan pesan yang tersirat di dalamnya. Hal ini membuat puisi juga dikenal sebagai karya sastra yang dibuat untuk menyampaikan pesan bagi pembaca. Dalam puisi, kita dapat mengungkapkan berbagai hal, seperti kerinduan, kegelisahan, atau pengagungan dalam bahasa indah. Puisi bisa juga menjadi sarana untuk merenungkan makna dan pesan di balik kata-kata yang terpilih secara cermat, serta memperdalam pemahaman terhadap diri sendiri atau dunia di sekitar.
Membaca Puisi
Berikut beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam membaca puisi.
- Rima dan Irama
- Artikulasi
- Ekspresi Mimik Wajah
- Pernafasan
- Vokal
- Intonasi
Sumber:
https://www.cnnindonesia.com/edukasi/20230126155445-569-905254/pengertian-jenis-jenis-puisi-dan-contohnya
Wikipedia
Google (gambar)
Komentar
Posting Komentar