Ciuman di Bawah Hujan (Kiss in the Rain)

Hujan turun dengan lembut di sore itu, membasahi trotoar dan jalanan kota. Marsha Andrea berdiri di bawah halte bus, menatap lelah ke arah langit. Hari itu tidak berjalan seperti yang ia harapkan. Deadline pekerjaan yang menumpuk dan rapat yang tidak selesai-selesai membuatnya ingin segera pulang dan tidur.

Di sebelahnya, seorang pria dengan jas hitam basah kuyup tampak sibuk mengutak-atik ponselnya yang mati terkena air. Ia tampak kesal, namun tetap tersenyum kecil ketika matanya bertemu dengan Marsha.

“Kamu nggak bawa payung juga?” tanyanya ramah.

Marsha menoleh, sedikit terkejut. "Nggak. Aku pikir hujannya cuma sebentar, ternyata malah begini."

Pria itu tertawa kecil. "Namaku Steve, by the way. Hari yang buruk untuk lupa bawa payung, ya?"

Marsha hanya mengangguk, sedikit bingung dengan keakraban pria ini. Tapi entah kenapa, ada sesuatu yang menenangkan dari senyumnya.

Sejak hari itu, mereka sering bertemu di halte yang sama, hampir selalu saat hujan turun. Steve tampaknya juga sering menggunakan bus yang sama dengan Marsha. Percakapan-percakapan ringan mulai mengisi waktu mereka di halte, tentang pekerjaan, hujan, atau sekadar keluhan kecil tentang kehidupan sehari-hari.

"Kenapa kamu suka hujan, Steve?" tanya Marsha suatu hari.

Steve tersenyum, menatap tetesan hujan yang membasahi jalan. "Hujan itu menenangkan. Rasanya seperti dunia sedang berhenti sebentar, memberi kita waktu untuk berpikir."

Marsha mengangguk pelan, setuju. "Aku juga suka hujan. Tapi lebih karena hujan itu romantis."

Steve menoleh padanya, menatapnya lebih lama dari biasanya. "Romantis, ya? Mungkin kamu benar."

Suatu malam, setelah bekerja lembur, Marsha mendapati Steve sedang menunggunya di depan kantor. Hujan turun deras, tapi ia berdiri di sana dengan payung kecil di tangannya.

"Steve? Kamu ngapain di sini?" tanyanya heran.

"Aku pikir kamu butuh teman untuk pulang malam ini," jawab Steve ringan.

Mereka berjalan bersama di bawah payung kecil itu. Hujan semakin deras, dan angin mulai membuat mereka basah. Ketika mereka sampai di taman kecil dekat rumah Marsha, Steve tiba-tiba berhenti.

"Kamu tahu, Marsha," katanya, menatapnya dalam-dalam. "Aku rasa aku mulai mengerti kenapa kamu bilang hujan itu romantis."

Marsha tersenyum bingung. "Kenapa?"

Tanpa menjawab, Steve menunduk dan menciumnya perlahan di bawah hujan yang terus turun. Ciuman itu hangat, meski tubuh mereka mulai menggigil kedinginan.

Ketika mereka akhirnya melepaskan diri, Marsha tertawa kecil. "Oke, aku akui. Hujan memang paling indah untuk ini."

Steve tersenyum. "Setuju."

Sejak malam itu, ciuman di bawah hujan menjadi semacam tradisi bagi mereka. Tidak peduli di mana mereka berada di taman, di pinggir jalan, atau bahkan di parkiran kantor. Jika hujan turun, mereka akan berhenti sejenak, berbagi momen sederhana namun penuh makna.

"Hujan ini kayak saksi perjalanan kita," kata Steve suatu kali.

Marsha mengangguk. "Dan aku harap hujan nggak akan pernah berhenti."

Tiga tahun kemudian, di hari pernikahan mereka, langit mendung dan hujan mulai turun tepat saat mereka keluar dari gereja. Banyak tamu yang berlarian mencari tempat berteduh, tapi Marsha dan Steve justru tertawa bahagia.

"Mungkin ini tanda kalau hujan juga merestui kita," kata Marsha sambil menggenggam tangan Steve erat.

Steve mengangguk. "Dan seperti biasa, kita harus menghormati tradisinya."

Di bawah hujan yang turun perlahan, di depan para tamu yang tersenyum dan memotret, mereka berbagi ciuman yang hangat dan penuh cinta.

Bagi mereka, hujan bukan sekadar air yang turun dari langit. Hujan adalah awal cerita mereka, saksi bisu dari setiap langkah cinta mereka, dan kini menjadi bagian dari hari paling bahagia dalam hidup mereka.

[Bahasa Inggris]
The rain fell gently that afternoon, soaking the sidewalks and city streets. Marsha Andrea stood under a bus shelter, staring wearily at the sky. The day hadn’t gone the way she’d hoped. Piled-up deadlines and endless meetings made her long to go home and crawl into bed.

Next to her, a man in a soaked black suit was fiddling with his phone, which had died from the rain. He looked frustrated, but a faint smile formed on his face when his eyes met Marsha’s.

“You didn’t bring an umbrella either?” he asked kindly.

Marsha turned, a little surprised. “No. I thought it’d be a quick drizzle, but here we are.”

He chuckled. “I’m Steve, by the way. Bad day to forget an umbrella, huh?”

Marsha nodded, a bit unsure of his friendliness. Yet somehow, his smile made her feel at ease.

From that day on, they often met at the same shelter, almost always when it rained. Steve seemed to take the same bus as Marsha. Small talk filled the time they spent waiting about work, the weather, or life’s little frustrations.

“Why do you like the rain, Steve?” Marsha asked one day.

Steve smiled, watching the raindrops hit the pavement. “Rain calms me. It’s like the world pauses for a moment, giving us space to think.”

Marsha nodded slowly. “I like rain too. But more because… it’s romantic.”

Steve turned to look at her, his gaze lingering longer than usual. “Romantic, huh? Maybe you’re right.”

One evening, after working late, Marsha found Steve waiting outside her office. Rain poured heavily, but there he stood with a small umbrella in hand.

“Steve? What are you doing here?” she asked, surprised.

“I thought you could use some company tonight,” he said casually.

They walked together under the tiny umbrella. The rain got heavier, and the wind made them damp anyway. When they reached a small park near Marsha’s home, Steve suddenly stopped.

“You know, Marsha,” he said, looking deep into her eyes. “I think I finally understand why you said rain is romantic.”

Marsha smiled, puzzled. “Why’s that?”

Without answering, Steve leaned in and kissed her gently under the falling rain. The kiss was warm, even as their bodies shivered from the cold.

When they finally pulled away, Marsha laughed softly. “Okay, I admit it. Rain really is perfect for this.”

Steve smiled. “Couldn’t agree more.”

From that night on, a kiss in the rain became their little tradition. No matter where they were at the park, by the road, even in the office parking lot if it rained, they would stop and share a moment both simple and meaningful.

“This rain is like the witness to our story,” Steve once said.

Marsha nodded. “And I hope it never stops.”

Three years later, on their wedding day, the sky turned grey and rain began to fall just as they stepped out of the church. Guests ran for shelter, but Marsha and Steve just laughed joyfully.

“Maybe it’s a sign,” Marsha said, holding Steve’s hand tightly. “Even the rain gives us its blessing.”

Steve nodded. “And as always, we have to honor the tradition.”

Beneath the soft falling rain, in front of smiling guests and clicking cameras, they shared a kiss warm, loving, and full of promise.

To them, rain was never just water from the sky. It was the beginning of their story, the silent witness to every step of their love, and now, a cherished part of the happiest day of their lives.

Komentar