Pohon Mimpi di Halaman Sekolah (The Dream Tree in the Schoolyard)

Di sebuah desa kecil yang dikelilingi oleh pegunungan hijau, ada sebuah sekolah dasar bernama SD Negeri Harapan. Di halaman belakang sekolah itu, terdapat pohon tua yang sangat besar. Anak-anak sering bermain di bawahnya, tapi tidak pernah ada yang memperhatikan pohon itu dengan saksama.

Suatu hari, tiga sahabat yaitu Rani, Didi, dan Bima sedang bermain petak umpet setelah pulang sekolah. Saat bersembunyi di balik pohon besar itu, Rani menemukan sesuatu yang aneh. Di batang pohon tersebut, ada ukiran kecil berbentuk pintu.

“Lihat ini! Seperti pintu rahasia!” seru Rani sambil menunjuk ukiran itu.

Didi dan Bima segera mendekat. “Apa mungkin ada sesuatu di dalamnya?” tanya Bima dengan penasaran.

Mereka mencoba menyentuh pintu kecil itu, dan tiba-tiba, pintu tersebut bersinar lembut. Ketika mereka membukanya, terlihat cahaya keemasan yang memancar dari dalam pohon.

Tanpa berpikir panjang, ketiganya melangkah masuk ke dalam pohon itu. Mereka terkejut ketika mendapati diri mereka berada di sebuah dunia penuh warna. Langitnya berwarna ungu, awannya seperti kapas gula, dan pohon-pohonnya tumbuh permen dan cokelat.

“Apa ini? Seperti dunia mimpi!” seru Didi dengan mata berbinar.

Seekor burung kecil berwarna biru tiba-tiba terbang mendekati mereka. “Selamat datang di Pohon Mimpi! Di sini, semua impian kalian bisa menjadi nyata,” kata burung itu dengan suara riang.

“Benarkah?” tanya Rani dengan penuh semangat.

“Tentu saja. Tapi ada satu syarat,” lanjut burung itu. “Kalian harus menanam benih impian kalian di tanah ini, dan pohon kecil akan tumbuh dari impian itu. Jika kalian merawatnya dengan baik, impian kalian akan terwujud.”

Rani, Didi, dan Bima diberikan masing-masing sebuah benih kecil. Mereka segera menanamnya di tanah yang berkilauan.

Rani menutup mata dan berbisik, “Aku ingin menjadi dokter, supaya bisa membantu orang-orang yang sakit.”

Didi menanam benihnya sambil berkata, “Aku ingin menjadi penjelajah, supaya bisa melihat dunia yang luas.”

Bima tersenyum dan berkata, “Aku ingin menjadi pemain sepak bola terkenal.”

Tak lama kemudian, dari benih yang mereka tanam, tumbuhlah pohon-pohon kecil yang indah.

Namun, burung biru memperingatkan mereka, “Merawat impian tidak mudah. Kalian harus berani menghadapi tantangan dan tidak boleh menyerah.”

Benar saja, ketika mereka mulai menyiram dan menjaga pohon-pohon kecil itu, berbagai rintangan muncul. Hujan deras hampir merusak pohon Rani, angin kencang menggoyangkan pohon Didi, dan serangga mencoba memakan daun pohon Bima.

Tapi mereka tidak menyerah. Rani membuat pelindung dari dedaunan besar untuk pohonnya, Didi menjaga pohonnya agar tetap tegak dengan ranting, dan Bima dengan sabar mengusir serangga dari pohonnya.

Setelah semua pohon tumbuh besar dan kuat, burung biru kembali dan berkata “Kalian telah berhasil merawat impian kalian. Sekarang, saatnya kembali ke dunia kalian dan wujudkan impian itu dengan usaha keras.”

Tiba-tiba, mereka terbangun di bawah pohon besar di halaman sekolah. Cahaya keemasan telah hilang, tapi mereka merasa lebih bersemangat dari sebelumnya.

Tahun demi tahun berlalu dan impian mereka benar-benar terwujud. Rani menjadi dokter yang membantu banyak orang di desanya. Didi menjelajahi dunia dan menulis buku tentang perjalanannya. Bima menjadi pemain sepak bola terkenal yang selalu mengingat teman-temannya di desa.

Setiap kali mereka kembali ke desa, mereka selalu bertemu di bawah pohon besar itu. Meski pintu kecil di pohon tidak pernah terlihat lagi, mereka tahu bahwa pohon itu adalah awal dari segala impian mereka.

[Bahasa Inggris]
In a small village surrounded by green mountains, there was an elementary school called Harapan Public School. In the backyard of the school stood a very large, old tree. Children often played under it, but no one had ever really paid attention to the tree.

One day, three best friends Rani, Didi, and Bima were playing hide and seek after school. While hiding behind the big tree, Rani noticed something strange. There was a tiny carving on the trunk shaped like a door.

“Look at this! It looks like a secret door!” Rani exclaimed, pointing at the carving.

Didi and Bima rushed over. “Do you think there’s something inside?” Bima asked curiously.

They reached out to touch the little door, and suddenly, it began to glow softly. When they opened it, a golden light shone from within the tree.

Without thinking twice, the three of them stepped inside. To their amazement, they found themselves in a world full of color. The sky was purple, the clouds looked like cotton candy, and the trees grew candy and chocolate.

“What is this? It feels like a dream world!” Didi said with sparkling eyes.

A small blue bird suddenly flew toward them. “Welcome to the Dream Tree! Here, all your dreams can come true,” said the bird cheerfully.

“Really?” Rani asked excitedly.

“Of course. But there’s one condition,” the bird continued. “You must plant the seed of your dream in this land, and a small tree will grow from it. If you take good care of it, your dream will come true.”

Rani, Didi, and Bima were each given a small seed. They quickly planted them in the sparkling soil.

Rani closed her eyes and whispered, “I want to be a doctor, so I can help sick people.”

Didi planted his seed and said, “I want to be an explorer, so I can see the world.”

Bima smiled and said, “I want to be a famous soccer player.”

Soon, from the seeds they planted, beautiful little trees began to grow.

But the blue bird warned them, “Taking care of a dream is not easy. You must be brave enough to face challenges and never give up.”

Sure enough, as they began to water and care for their little trees, various obstacles appeared. Heavy rain nearly destroyed Rani’s tree, strong winds shook Didi’s tree, and insects tried to eat the leaves of Bima’s tree.

But they didn’t give up. Rani built a shelter using large leaves to protect her tree, Didi supported his tree with sticks to keep it upright, and Bima patiently chased away the insects.

After all their trees had grown big and strong, the blue bird returned and said, “You have successfully taken care of your dreams. Now, it’s time to return to your world and make those dreams come true with hard work.”

Suddenly, they woke up under the big tree in the schoolyard. The golden light was gone, but they felt more excited than ever.

Years passed, and their dreams really did come true. Rani became a doctor who helped many people in her village. Didi traveled the world and wrote books about his adventures. Bima became a famous soccer player who always remembered his childhood friends.

Every time they returned to the village, they would meet under the big tree. Though the small door on the tree was never seen again, they knew that the tree was the beginning of all their dreams.

Komentar